Sunday, August 12, 2012

Courageous (Berhati Berani dan Teguh)


Courage is not defined by those who fought and did not fall, but by those who fought, fell, and rose again (Unknown)

Suatu kali saya mencoba mengirimkan lamaran ke sebuah perusahaan televisi untuk posisi reporter. Modal saya, hanya nekad. Saya tidak punya latar belakang dalam bidang broadcast (penyiaran), komunikasi atau apapun yang dibutuhkan untuk posisi yang saya lamar tersebut. Lalu, saya mendapat balasan e-mail untuk interview. Senang? Pastinya. Saya pun segera mempersiapkan diri dan dengan berharap serta berdoa dan berangkat ke perusahaan tersebut.

Sampai disana, saya menunggu. Setelah 15 menit, seorang ibu menghampiri saya lalu berteriak, "Hey, siapa nama kamu ?" Saya menjawab, "Rosita." Sambil mengulurkan tangan untuk memberikan salam. Tetapi, Ibu tersebut mengabaikan jabatan tangan saya dan kembali bertanya, "Kamu mau melamar jadi apa ya?" sambil menunjuk ke asistennya untuk memberikan berkas yang sudah saya kirimkan waktu itu. Ibu itu lalu memberikan kode kepada saya untuk duduk.

Lalu kami duduk dan Ibu tersebut membaca sekilas surat yang saya kirim sambil menggelengkan kepalanya ia berkata, "Rosita, kamu tidak bisa menjadi reporter, karena kamu bukan S1. Maaf ya." Lalu dia berdiri dan meninggalkan saya di ruangan itu. Sedih? Pastinya. Penolakan memang menyakitkan. Saya pulang dan meninggalkan perusahaan itu dengan hati yang sedih, rasanya berat sekali. Pada waktu malam, saya masih merenung dengan penolakan dari Ibu tersebut, sungguh menyakitkan. Ia bisa menolak saya, tetapi apakah tidak ada cara yang lebih halus?

Beberapa menit kemudian, saya kembali berpikir, "Rosita, satu pintu tertutup bukan berarti pintu yang lain tertutup juga, masih ada pintu lain untuk dibuka. Buktikan bahwa kamu bisa!" Saat itu entah dapat keberanian dan semangat dari mana, saya hanya ingin membuktikan bahwa tanpa gelar S1, saya pun bisa berkarya, saya pun bisa mewujudkan impian saya. Kita tunggu waktunya.

Penolakan yang saya terima, tidak cukup untuk menjatuhkan saya. Tidak cukup untuk membunuh impian saya. Karena saya percaya saya bisa mewujudkan impian saya.

Stephen Henry "Steve" Jones, terkenal sebagai pelari dari Inggris yang melegenda. Apa yang membuat ia menjadi seorang legenda? Ia terkenal sebagai pemegang rekor pelari cepat. Pada tahun 1984, ia memenangkan lomba maraton Chicago dalam waktu 02:08:05 dan dengan demikian, ia memecahkan rekor dunia yaitu Robert de Castella, dari Australia. Ia juga memenangkan maraton London pada musim semi tahun berikutnya, dengan waktu 02:08:16.

 

Robert de Castella, Steve Jones, dan Carlos Lopes (pemenang lomba lari maraton Chicago 1984)

Pada tahun 1986, ia memenangkan medali perunggu di Commonwealth Games dalam perlombaan lari 10,000 m. Tidak lama setelah itu, ia mengikuti perlombaan lari 20 mil. Dalam perlombaan tersebut, ia memimpin dengan lebih dari 2 menit dan sepertinya sudah siap dengan rekor terbaru. Tetapi, tiba-tiba ia menabrak dinding dan sangat kesakitan dan menderita pada jarak 6 mil terakhir. Dia melambat. Banyak sekali orang yang mengatakan bahwa ia tidak bisa menang. Banyak orang mengatakan bahwa ia sangat lambat dan tidak mungkin menjadi yang pertama melewati garis finish dengan kelambatan itu. Walaupun kelelahan dan menderita, ia masih terus berlari. Mendekati garis finish, Steve di lewati oleh salah satu pelari. Dengan keberanian dan semangat yang tersisa, Steve mengerahkan seluruh tenaganya dan berlari dengan cepat melewati satu pelari dan akhirnya mencapai garis finish.

They told Steve Jones a lot of things, what they didn't tell him was how to lose! 

Komentar yang membuat kita patah semangat sering kita dengar. Penolakan yang saya alami, juga sempat membuat saya lemah, tapi itu hanya sebentar. Saya memutuskan untuk bangkit lagi. Begitu juga dengan Steve Jones. Saat ia kesulitan untuk menyelesaikan lomba lari tersebut, banyak orang langsung meragukan dan mengejek dia. Tetapi dengan keberanian yang mungkin tidak kelihatan, ia membuktikan bahwa ia bisa menjadi yang pertama melewati garis finish.

Saat Anda membaca artikel ini, impian saya menjadi seorang penulis buku sudah terwujud melalui buku "The Server Leadership : Story" bersama senior saya, Urgyen Rinchen Sim.

Terima kasih atas penolakan yang pernah saya alami, karena pada akhirnya, penolakan itu membuat saya lebih bertekad dan lebih berusaha keras untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan.




Be The Best. Be Blessed.
__________________ 
Rosita Lim
Twitter : @rosita_lim
Facebook : facebook.com/rositalimsuxi

No comments:

Post a Comment